Rabu, 02 Mei 2012

Masjid Bersejarah di Aceh


1. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya dengan 1 kubah
Masjid Raya Baiturrahman berada di pusat kota Banda Aceh. Masjid ini telah mengalami beberapa kali perluasan dari bangunan dasarnya yang berukuran 537,91 m2. Untuk mengambil hati rakyat aceh, pada tahun 1879-1883 pemerintah kolonial Belanda membangun kembali pengganti Masjid  Raya Baiturrahman yang dibangun Iskandar Muda pada tahun 1614 yang telah  dibakar oleh kolonial Belanda pada tahun 1874.  Masjid ini didirikan atas rancangan pengusaha dari China yang bernama Lie A Sie dengan berarsitektur bangunan model eropa.

Pada tahun 1936, masjid ini diperluas lagi oleh Gubernur Van Aken dengan biaya f 35.000 ( Gulden ). Dalam perluasan ini, Masjid Raya Baiturrahman ditambah 2 kubah lagi dengan luas 741 m2. Berikutnya masjid ini mengalami renovasi yang dapat diringkas sebagai berikut:

Bagian dalam Masjid Raya Baiturrahman
1.Perlusan Masjid Raya Baiturrahman dengan ditambahnya 2 kubah dan dua menara sebelah utara dan selatan ( Surat Keputusan Mentri Agama RI tanggal 31 Oktober 1957 ). Peletakkan batu pertamanya pada hari Sabtu, 16 Agustus 1958 oleh Mentri Agama Yang kala itu dijabat oleh M.Ilyas. Hasilnya, luas Masjid Raya Baiturrahman menjadi 1.945 m2 dengan 5 kubah.

2. Tahun 1981, saat diadakannya MTQ Nasional ke -XII  di Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman ditambah dengan tambahan pelataran masjid, pemasangan klimkers di area masjid, interior, sound system, penambahan tempat wudhuk, pemasangan pintu kriwang, chondelir, serta kaligrafi yang berbahan kuningan. Didepan masjid juga dipasang instalasi air mancur.

Menara modal di depan masjid Raya
3. Tahun 1986, masjid ini diperluas lagi menjadi 2.240 m2 serta dilengkapi dengan ruang para imam, muadzin, ruang tamu, ruang belajar, perkantoran, dan tempat penitipan kendaraan.

4.Pada tahun 1992, Masjid ini diperluas lagi menjadi  tujuh kubah, lima menara, dengan luas masjid menjadi 3.500 m2, tanah didepan masjid dibebaskan seluas 16.070 m2 dengan biaya sebesar 1,2 miliar. Di halaman depan masjid didirikan menara utama /  menara induk dengan ketinggian 53 m.     

2.Masjid Baiturrahim,Ulhe-Lheue

Keadaan Masjid Baiturrahim setelah dipugar

Masjid Baiturrahim Ulee-Lheue adalah masjid di kemukiman Meuraxa, desa Ulee Lheue, kira-kira 5km dari pusat kota Banda Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1343 H / 1926 M. Masjid ini pada awalnya dapat menampung 450 orang shalat jama'ah dan dibagi 2 ruang yaitu, ruang shalat dan bagian belakang untuk ruang belajar. Seiring dengan perubahan waktu dan pertumbuhan penduduk, masjid ini telah mangalami renovasi beberapa kali sehingga ruang belajar di gunakkan untuk ruang shalat. Setelah direnovasi beberapa kali, Masjid  ini dapat menampung 1500 jama'ah. Adapun bagian depan masjid tidak direnovasi karena sudah dijadikan situs sejarah. Masjid Baiturrahim sebagai situs sejarah yang dipertahankan sampai sekarang sekaligus sebagai situs tsunami 26 Desember 2012. "Subahanallah''

3. Masjid Tgk Dianjong

Masjid Tgk Dianjong dengan bentuk aslinya
Masjid Tgk Dianjong adalah sebuah masjid yang terletak di Gampong Peulanggahan Kecamatan Kuta Raja kota Banda Aceh. Masjid Tgk Dianjong yang berkonstruksi kayu telah hancur dilumat gelombang tsunami. Kini telah dibangun masjid pengganti masjid sebelumnya dengan konstruksi beton dengan mengikuti arsitektur tradisional masjid sebelumnya.

Pada awalnya masjid ini hanya sebuah dayah untuk menuntut ilmu agama serta tempat pelatihan manasik haji bagi orang yang ingin naik haji ke tanah suci. Dayah ini didirikan oleh Tgk Dianjong pada tahun 1769 M semasa dengan Sultan Alaidin Mahmud Syah ( 1760-1781 M ). Dengan letaknya yang strategis di lembah Sungai Krueng Aceh, Dayah ini menjadi pintu gerbang dan tempat singgahan bagi orang yang datang dari luar negri yang ingin bertemu dengan sultan.

4. Masjid Indrapuri

Tampak luar masjid Indrapuri
Masjid Indrapuri adalah salah satu masjid yang didirikan oleh Iskandar Muda dari 3 masjid yang Ia dirikan yaitu Masjid  Baiturrahman, dan Masjid Indrapurwa. Masjid Ini terletak  di pasar indrapuri kecamatan Indrapuri kabupaten Aceh Besar, berjarak 24 km ke arah utara Banda Aceh. Masjid ini didirikan oleh Iskandar Muda selepas balik dari Malaka di atas reruntuhan candi seluas 33.875 km2  dipinggir sungai yang memisahkan dengan jalan raya medan- banda aceh. Pondasi masjid ini merupakan  reruntuhan  candi peninggalan kerajaan Lamuri yang telah lama terbengkalai. Bangunan ini dirombak sebagian hingga tingkat ke empat untuk dijadikan masjid agar tidak mubazir. peristiwa pengalihan fungsi menjadi masjid terjadi pada tahun 1207 H (1618 M).

Bagian dalam masjid Indrapuri
Sebagaimana   masjid tradisional lainnya di aceh, masjid ini didirikan dibangun dengan konstruksi kayu. Pintu masuk masjid berada di sebelah timur. Di halaman depan terdapat bak penampung hujan untuk berwudhu. Bangunan dalam masjid 18,8 x 18,8 m, dan tinggi 11,65 m ini didirikan dengan 36 buah tiang yang bediri di atas batu kali sebagai landasan.

 

5. Masjid Indrapurwa

Masjid Indrapurwa di desa Lam Baudeuk
Masjid Indrapurwa adalah salah satu masjid yang didirikan oleh Iskandar Muda selain Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Indrapuri. Masjid ini dulunya bediri diatas reruntuhan/bekas pondasi candi di Pante Ara. Masjid ini dipindahkan ke desa Lam Badeuk Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.

Pondasi Masjid sebelum dipindahkan dari Pante Ara masih dapat dilihat saat air surut kira-kira 2 km dari bibir pantai. Masjid Indrapurwa tidak dapat disaksikan lagi setelah musibah tsunami 26  Desember 2004 dan hanya tinggal pondasi masjid di desa Lam Badeuk Kecamatan Peukan Bada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar